Resensi Buku: Jonathan Strange and Mr. Norrell III



Penulis            : Susanna Clarke
Penerjemah    : Femmy Syahrani
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit     : 2009
Halaman         : 464

Kepulangan Strange dari Semenanjung ternyata tidak terlalu menggembirakan Mr Norrell. Mr Norrell telah mendengar berbagai cerita yang mengisahkan tentang hebatnya kemampuan sihir Jonathan Strange dalam membantu kemenangan Inggris. Kini peperangan telah usai, tapi terjadi perang baru antara guru dan murid itu.

Strange dan Norrell bertengkar. Ada banyak hal yang dipertanyakan dan dibantah Strange kepada Norrell. Ujungnya, Strange berhenti menjadi murid Norrell dan pergi meninggalkan Inggris.

Strange, yang merasa pembelajaran sihirnya tidak cukup dengan buku-buku, merasa perlu memanggil peri, yang diyakininya sebagai salah satu jenis makhluk yang memahami sihir. Dia memutuskan pergi ke Venesia untuk mendalami mantra pemanggilan peri, jauh dari teman-temannya dan Norrell.

Di Venesia, ia mencoba berbagai cara untuk memanggil peri, sampai yang terparah yaitu menghilangkan kewarasan dari dirinya. Di lain sisi, kisah Lady Pole, Stephen Black dan pria berambut ilalang terus berlanjut. Hingga akhirnya, misteri tentang mereka bertiga terkuak perlahan-lahan oleh Jonathan Strange, dan ia harus melakukan sesuatu. Terutama, untuk menyelamatkan isrinya, Arabella.

Mampukah Jonathan Strange menyelamatkan Arabella, Lady Pole, dan Stephen Black? Lalu bagaimana dengan Mr Norrell? Akankah ia datang membantu atau malah mengganggu? Hohoho….

Intinya, dari ketiga buku Susanna Clarke ini, benang merah cerita ada pada Jonathan Strange, Mr Norrell, dan pria berambut ilalang. Nah, sebagai pembaca yang terjerat pada suatu cerita yang menarik, pastinya aku terus-terus baca karena penasaran banget akhirnya gimana. Apakah yang akan terjadi dengan mereka bertiga?

Sayangnya, semakin di akhir, kok kayaknya makin nggak greget ya? Gimana ya, maksudnya nggak se-eksotis yang aku bayangkan. Tapi, yah lumayanlah, daripada ngegantung sama sekali. Oh, tenang aja, ceritanya nggak ngegantung kok. Agak sih, tapi penggantungan yang masih bisa diterima (apaan sih ini? -__-)

Baiklah, secara keseluruhan, novel Jonathan Strange and Mr Norrell itu menarik. Aku bersyukur pernah baca ketiga buku itu. Dan bagian paling menyedihkan adalah ketiga buku itu adalah buku terakhir yang kupinjam di perpus. Yah, sebagai mahasiswa tingkat akhir, aku harus terima kenyataan kalau masa pinjam buku perpus akan berakhir juga. T_T

Baca juga:
1. Jonathan Strange and Mr. Norrell 
2. Jonathan Strange and Mr. Norrell II



Komentar