Resensi Buku: Jonathan Strange and Mr. Norrell II

Penulis            : Susanna Clarke
Penerjemah    : Femmy Syahrani
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit     : 2009
Halaman         : 456

Keinginan Mr Norrell untuk menjadikan sihir kembali dipakai di Inggris mulai mendapat jalan. Namun, tidak sama halnya dengan keinginan untuk menjadi penyihir praktis satu-satunya di Inggris. Ternyata tidak hanya Mr Norrell yang memiliki kemampuan menyihir. Ada pria lain, bernama Jonathan Strange yang juga mampu menyihir.

Tidak seperti Mr Norrell, Strange hidup bersama istrinya, Arabella, dan memiliki kepribadian yang cukup ramah. Sebelum memutuskan menjadi penyihir, ia telah mencoba berbagai macam pekerjaan untuk ditekuni, namun tak ada satu pun yang bertahan lama. Tapi profesi penyihir ini berbeda. Jonathan Strange ingin serius mendalaminya, dan tanpa diduga, Mr Norrell bersedia menjadi gurunya.

Mereka berdua rutin bertemu dan belajar sihir bersama di rumah Mr Norrell, di Hanover Square. Studi itu membuat Strange hampir sama hebatnya dengan Norrell, jika saja Norrell mau meminjamkan lebih banyak buku sihir kepada Strange. Sayangnya, Norrell terlalu takut, jika muridnya lebih hebat dari dirinya. Jadi, sebelum Strange berguru dan melihat perpustakaannya, Mr Norrell memindahkan beberapa koleksi bukunya ke perpustakaan lama miliknya di Hurtfew Abbey.

Pada bagian lain cerita ini, terdapat kisah tentang Lady Pole, istri Sir Walter Pole, salah satu pejabat pemerintah kenalan Mr Norrell, yang pergi ke Negeri Hilang-Asa, bersama pria berambut ilalang. Di cerita sebelumnya, Lady Pole adalah seorang gadis yang telah mati dan dihidupkan kembali oleh Mr Norrell, sebagai salah satu pembuktian praktek sihirnya. Setelah kebangkitannya kembali, Lady Pole yang tadinya sakit-sakitan menjadi wanita yang sangat bugar dan sehat. Sayangnya itu tidak bertahan lama. Ia kembali jatuh sakit, bahkan kali ini lebih parah.

Tidak hanya Lady Pole, pelayan kulit hitam di rumah Sir Walter Pole, Stephen Black, juga menderita sakit yang sama. Sayang, karena dia hanya seorang pelayan, tak ada yang menyadari apa yang sebenarnya dia alami.

Penyakit Lady Pole dan perubahan pada diri Stephen Black masih menjadi misteri bagi tokoh-tokoh di novel ini. Termasuk Strange dan Arabella, yang berteman dengan Lady Pole. Di jilid kedua ini, porsi Strange menurutku lebih banyak dibanding Mr Norrell. Ada banyak bab yang bercerita tentang kepergian Strange ke Portugis dan Spanyol, untuk membantu tentara Inggris yang berperang melawan Napoleon. Tentu saja bantuan Strange adalah sihir.

Masih sama dengan buku sebelumnya, jilid kedua ini masih begitu menarik bagiku. Masih ada cerita dan legenda tentang sihir, kerajaan Peri, dan Inggris pada masa lampau. Namun, yang paling menarik adalah bagaimana Clarke menutup buku kedua ini dengan sesuatu yang menggemparkan (setidaknya seperti itu menurutku). Yang membuatku merasa bener-bener harus segera baca dan namatin buku ketiga. So, now I’m reading the third book.

Baca juga:
1. Jonathan Strange and Mr. Norrell 
2. Jonathan Strange and Mr. Norrell III

Komentar