Resensi Buku: Nobody's Boy


Judul Buku: Nobody’s Boy (Sebatang Kara)
Penulis: Hector Malot
Penerjemah: Tanti Lesmana
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2010
Halaman: 384


Pada era 90an, mungkin banyak orang yang mengenal film kartun berjudul Remi. Kisah tentang seorang anak laki-laki yang selalu membawa harpanya ke mana-mana. Nah, film kartun tersebut diangkat dari novel Nobody’s Boy karya penulis Prancis, Hector Malot. 

Saya sendiri, sepertinya pernah menonton kartun itu, setiap Minggu pagi, di suatu masa, di zaman dahulu kala, hehehe. 

Nobody’s Boy berkisah tentang anak laki-laki tampan bernama Remi yang tinggal di pedesaan Prancis, Chavannon. Di sana ia tinggal bersama Ibu Barberin yang baik hati, yang ia pikir adalah ibu kandungnya. Namun, pada suatu hari, suami Ibu Barberin yang tinggal di Paris kembali pulang dan menyuruh Remi pergi. Ia tertimpa perancah batu sehingga tidak bisa bekerja lagi, dan merasa kehadiran Remi akan menyusahkan hidupnya. Di situlah Remi mengetahui kalau ia bukanlah anak kandung dari Ibu Barberin, dan ternyata ia hanyalah anak pungut yang ditemukan Bapak Barberin di Paris.

Remi disewakan kepada Signor Vitalis, seorang lelaki tua, pemusik jalanan yang memiliki tiga anjing dan seekor monyet. Dengan berat hati, Remi meninggalkan Chavannon dan Ibu Barberin tersayangnya. Remi pun menjelajah Prancis bersama Signor Vitalis dengan pertunjukan musik dan komedinya. 

Perjalanan panjang bersama Signor Vitalis, memberinya banyak sekali pelajaran hidup. Remi juga belajar membaca dan bermain musik selama perjalanannya. Sikap Signor Vitalis yang cukup dingin, namun sangat baik, membuat Remi sangat menyayanginya hingga ia menganggapnya sebagai ayahnya sendiri. Namun, perjalanan hidup Remi tak seindah yang dibayangkan. Ia menemukan berbagai cobaan, musibah, tapi juga keluarga dan teman sejati.

My Review

Bagi saya, cerita ini bagus sekali. Pada awalnya terasa mengharu biru banget, dan saya langsung jatuh cinta pada si tokoh utama, Remi. Saya juga menyukai Signor Vitalis yang sangat bijaksana. Dari segi penulisan, karena memakai sudut pandang orang pertama, yakni Remi sendiri, saya merasakan dengan jelas perubahan cara berpikirnya, ketika ia masih kanak-kanak hingga remaja. 

Waktu masih kecil, ia adalah anak berumur delapan tahun yang haus kasih sayang dan sering ketakutan. Semakin lama, terasa kalau Remi mulai berpikir dewasa, meski umurnya masih belasan tahun. Meski, sisa-sisa takutnya masih ada juga sih. Itu bagian yang paling saya suka dari cerita ini.

Novel ini juga menggambarkan suasana Prancis abad 19 yang kelihatannya suram sekali. Rasa-rasanya, kalau dibandingkan dengan zaman sekarang jauh sekali bedanya. Dari segi bahasa, terutama penerjemahannya, saya pikir bagus banget. Kalimatnya enak dibaca, dan benar-benar menggambarkan pikiran anak kecil. Pokoknya, terjemahannya mudah dipahami deh. 

Kisah yang berjudul asli Sans Famille (Tanpa Keluarga) ini diterbitkan pertama kali di Perancis pada tahun 1878, dan sampai sekarang tetap menjadi salah satu karya sastra terbaik. Menurut saya, buku ini adalah salah satu yang layak dibaca dan dikoleksi. ^^

Remi dalam serial TV. (imdb.com)


Komentar