Resensi Buku: The Girl Who Could Fly



Penulis             : Victoria Forrester
Penerjemah      : Ferry Halim
Penerbit           : Atria
Tahun Terbit     : Mei 2010
Halaman         
 

Keluarga McCloud tidak pernah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan rutinitas dan kebiasaan mereka. Betty dan Joe McCloud menerapkan hal itu sepanjang hidup mereka di tanah pertanian Lowland County. Setelah dua puluh tahun pernikahan, mereka baru dikaruniai seorang anak perempuan, Piper McCloud.
Piper bukanlah gadis kecil biasa. Kepalanya penuh pikiran dan pertanyaan aneh yang membuat ayahnya terbengong-bengong dan ibunya kesal luar biasa. Selain itu, ia juga memiliki sebuah keajaiban, Piper dapat terbang. Bukan hanya sekedar mengapung, tapi benar-benar terbang di udara.

Mengetahui keanehan anaknya, Betty memutuskan tidak menyekolahkan Piper dan melarang Piper bermain dengan teman sebayanya. Meskipun Piper ingin sekali punya teman karena ia begitu kesepian di rumah pertanian. 
Pada suatu hari yang menyenangkan, Betty dan Joe mengizinkan Piper ikut menikmati piknik bersama keluarga-keluarga lain di Lowland County. Memiliki reputasi sebagai anak aneh, tidak ada yang mau berteman dengan Piper. Piper merasa sedih dan ingin membuktikan kalau ia bisa menjadi teman yang hebat.

Saat Piper bertanding dalam permainan baseball, dia mengeluarkan bakat terbangnya untuk menangkap bola. Gadis yang bisa terbang adalah hal yang sangat tidak biasa. Maka dari itu, berita kemampuan terbang Piper langsung merebak cepat, hingga rumahnya dikerumuni oleh para wartawan dan orang yang penasaran.

Di tengah serbuan kamera dan reporter, muncul seorang wanita cantik bernama Dr Letitia Hellion. Ia mengunjungi keluarga McCloud dan menyampaikan kalau ia mengurus sebuah sekolah di mana anak-anak dengan kemampuan ajaib seperti Piper diasuh dan dibesarkan. Orangtua Piper, yang berharap yang terbaik untuk anaknya, akhirnya merelakan Piper dibawa oleh Dr Letitia Hellion.

Piper tentu saja merasa senang. Bukan hanya karena dia akan sekolah, tapi juga membayangkan asyiknya bertemu dengan teman-teman yang bisa terbang juga. Akankah sekolah itu mengajarinya cara terbang yang lebih baik dengan yang pernah dia lakukan? Dan berapa banyakkah orang yang memiliki keajaiban seperti dirinya? Piper tidak sabar mengetahui hal itu.

The Girl Who Could Fly, awalnya kupikir cerita ini akan seperti film sejenis Sky High, tempat anak-anak dengan kemampuan ajaib berkumpul dan bersekolah. Ya, memang pada awalnya terlihat seperti itu sih, tapi plot twist-nya menyatakan tidak!

Garis besar ceritanya, menurutku sebenarnya sudah sering dipakai. Tentang tokoh yang awalnya terlihat baik ternyata jahat, dan yang telihat jahat ternyata baik. Dan akhirnya, pertarungan antara yang jahat dan yang baik. Tapi penulis merangkai kisahnya dengan sangat apik dan menarik, sehingga walaupun idenya sudah banyak dipakai, tapi tidak membosankan dan tetap mengundang rasa penasaran.

Aku sendiri suka dengan tokoh Piper yang polos dan banyak ingin tahu. Ia juga baik hati dan tidak mementingkan diri sendiri. Penggambaran institute tempat Piper sekolah juga bagus. Aku bisa membayangkan sebuah bangunan besar, nun jauh dari pemukiman penduduk, yang berisi makhluk hidup dengan kemampuan ajaibnya masing-masing.

Secara bahasa, terjemahannya juga sangat enak dibaca. Pas banget untuk bacaan anak-anak usia 7 tahun ke atas, karena bahasanya yang tidak rumit dan jalan ceritanya yang mengalir. Buku The Girl Who Coul Fly cocok sekali dibaca sebagai teman menikmati sore yang indah.

Komentar