Resensi Buku: The Beach House



Penulis            : Jane Green
Penerbit           : Viking Penguin
Tahun Terbit    : 2008
Halaman         : 340


The Beach House berkisah tentang Nan, seorang wanita berusia 65 tahun yang tinggal di sebuah rumah tua dan besar di Nantucket, sebuah tempat yang indah dengan pantai yang mempesona, di mana banyak orang menghabiskan libur musim panas di sana.

Nan tinggal sendiri di Windermere, nama rumah itu. Sesekali datang Sarah, perempuan yang membantunya mengurus rumah. Suaminya telah meninggal 20 tahun lalu, karena bunuh diri. Anaknya, Michael, tinggal dan bekerja di New York, terkadang pulang untuk menjenguk ibunya.

Nan begitu mencintai Windermere, dan semua kenangan yang ia punya bersama rumah peninggalan suaminya itu. Bagaimanapun, rumah itu pernah begitu ramai dan hidup, penuh dengan suara tawa orang-orang. Namun, kini rumah itu sepi, tua, dan membutuhkan biaya perawatan yang tidak sedikit. Banyak orang yang berharap bisa membeli rumah Nan, meskipun ia tidak bisa membayangkan jika harus meninggalkan Windermere. Hingga akhirnya, ia punya rencana lain.

Nan menjadikan Windermere sebagai rumah sewa musim panas. Ketika liburan tiba, para penyewa datang untuk menikmati keindahan Nantucket. Ada Daniel, pria yang sedang bermasalah dengan istrinya, Daff, wanita yang baru saja bercerai, dan Michael, anak lelakinya. Mereka semua pergi ke Nantucket, berharap agar tempat itu bisa memberi mereka ketenangan dan mungkin pencerahan dalam menghadapi masalah masing-masing.

My Review
 
What a lovely book! Beneran, buku ini bagus banget. Bukan hanya karena warna sampulnya yang biru keperakan, dengan bunga cantik di sisi kirinya, tapi juga karena isinya bener-bener menyentuh. 

Bukan, ini bukan buku dengan cerita yang menyedihkan, tapi ini buku yang membuat aku berpikir tentang hidup, tentang hubungan dengan orang lain, tentang kepercayaan, kejujuran, dan bagaimana mengatasi masalah, tentang keluarga, pertemanan, dan akhirnya, tentang jati diri kita sendiri. What we actually really want in our life. Buku ini juga mengajarkan aku untuk benar-benar jujur sama diri sendiri, jujur sama orang lain, terutama kepada our significant other. Karena itu berdampak besar dengan kehidupan kita.

Cara bertutur penulisnya juga enak banget. Maksudnya, pesan yang ingin disampaikan mudah dimengerti. Alur ceritanya juga nggak membosankan, nggak ribet, seolah-olah kayak nonton film aja.

Yang membuat semakin spesial adalah buku ini adalah buku perpus pertama yang aku baca sejak aku resmi berstatus bebas pustaka T_T. (Boleh pinjem pakai kartu temen, hehe). Awalnya tertarik karena sampulnya yang bener-bener cantik. Ditambah lagi, font hurufnya cukup besar dan nggak terlalu rapat. Aku memang begitu kalau memilih novel berbahasa Inggris. Karena kalau font-nya kecil dan tulisannya rapat-rapat, rasanya terlalu mengintimidasi, bikin aku males baca.

Ternyata, bahasa yang digunakan juga mudah dimengerti. Maksudnya, bahasa Inggris yang sering dipakai dan didengar. Seharian nyelesain buku ini jadi nggak berasa. Gara-gara baca buku ini, aku jadi penasaran baca karya Jane Green lainnya. Apakah sebagus The Beach House ini.




Komentar